Alloh berfirman :
“Dan orang-orang
yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis
kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu ; dan
kalaupun mereka mendengarnya, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu.
Dan pada hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang
dapat memberikan keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh Allah Yang
Maha Mengetahui?” (Qs. Fathir: 13-14)
Ayat di atas begitu
gamblang dalam meniadakan pendengaran dari tuhan-tuhan selain
Allah yang diseru
kaum musyrikin. Tuhan-tuhan yang disembah selain Allah ini terdiri dari batu,
patung, atau pohon-pohon; juga termasuk orang-orang atau hamba-hamba Allah yang
telah mati. Hal ini ditunjukkan pada ayat [وَيَوْمَ
الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِـكُمْ] “Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu”.
Hamba-hamba yang dituhankan tadi akan dibangkitkan di hari kiamat dan akan
dihisab serta ditanya (lihat pula QS. Al-Furqaan : 17-18).
Alloh berfirman :
“Sesungguhnya kamu
tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan (tidak pula)
menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah
berpaling membelakang”. (An Naml ayat 80)
Imam Ibnu Katsir
Rahimahulloh berkata berkenaan dengan Ayat tersebut :
“Yaitu engkau tidak
dapat memperdengarkan sesuatu yang bermanfaat bagi mereka. Demikian juga
kafirnya orang yang di dalam hati mereka terdapat penutup dan telinga-telingan
mereka terdapat sumbat. Untuk itu Allah ta’ala telah berfirman : “dan (tidak
pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka
telah berpaling membelakang. Dan kamu sekali-kali tidak dapat memimpin
(memalingkan) orang-orang buta dari kesesatan mereka. Kamu tidak dapat
menjadikan (seorang pun) mendengar, kecuali orang-orang yang beriman kepada
ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah diri” ; yaitu yang dapat memperkenankanmu
hanyalah Rabb Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dengan pendengaran dan
penglihatan yang membawa manfaat di dalam hati dan pandangan orang yang tunduk
kepada-Nya serta apa yang dibawa melalui lisan para Rasul ‘alaihimus-salaam
[Tafsir Ibni Katsir, 6/210].
Ibnu Katsir dalam
penjelasan ayat di atas secara eksplisit menyamakan keadaan kaum kafir dengan
orang yang telah mati (mayat) yang dinafikkan dari sifat mendengar. Hal itu
semakin kuat dengan penyebutan bahwa Allah Yang Maha Melihat dan Maha Mendengar
yang kuasa memberikan manfaat dari penjelasan dan seruan kepada makhluk-Nya. Di
sini seakan-akan Ibnu Katsir menegaskan bahwa sifat melihat dan mendengar yang
dinafikkan dari orang kafir secara majazi dan orang yang mati secara hakiki itu
akan kembali pada kesempurnaan sifat ke-Maha Melihat dan Maha Mendengar dari
Allah. Hanya Allah lah yang kuasa memberikan penglihatan dan pendengaran kepada
makhluk-Nya.
Jadi Orang yang
Mati tidaka dapat memberi manfaat untuk orang yana masih hidup ,tidak mampu
memberi manfaat apapun bagi orang yang masih hidup.
Syubhat
------------------------
Bukankah Rasululloh
Shallallohu'Alaihi Wa Sallam pernah berkata kepada Orang-orang yang mati saat
perang badr ?
Jawab itu hanya
mukzijat yang diberikan Alloh kepada Beliau .Khusus untuk Beliau
Hal inipun
dijelaskan Oleh Aisyah Radhiyalluhu Anhuma tentang Qalaaib Badr
Dari Ibnu ‘Umar
radhiyallaahu ‘anhuma ia berkata : “Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berdiri
di atas sumur-sumur Badr, kemudian beliau bersabda : ‘Apakah kalian mendapati
sesuatu yang telah dijanjikan Rabb kalian adalah benar ?’. Kemudian beliau
bersabda lagi : ‘Sesungguhnya sekarang mereka mendengar (yasma’uun) apa yang
aku katakan’. Kemudian berita ini dikhabarkan kepada ‘Aisyah, maka ia berkata :
“Sesungguhnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam hanyalah bersabda :
Sesungguhnya mereka sekarang mengetahui (ya’lamuun) apa yang dulu aku katakan
kepada mereka adalah benar’. Kemudian ‘Aisyah membaca ayat : “Sesungguhnya kamu
tidak mampu menjadikan orang-orang mati mampu mendengar” sampai akhir ayat
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhari]
Dari Abu Thalhah :
Bahwasannya Nabi Allah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan para
shahabat pada perang Badr untuk menguburkan dua puluh empat mayat tokoh-tokoh
kaum Quraisy, kemudian mereka pun dilemparkan ke dalam sumur di antara
sumur-sumur Badr dalam keadaan busuk dan bau. Kebiasaan beliau jika menampakkan
diri pada suatu kaum maka beliau bermalam di sebuah tanah lapang selama tiga
malam. Dan ketika berada di Badr di hari ketiga beliau meminta untuk disiapkan
kendaraannya, lalu beliau memacunya kemudian beliau berjalan dan diikuti oleh
para shahabatnya dan mereka berkata : ‘Tidaklah kami berpendapat beliau keluar
melainkan untuk sebagian keperluannya”; sampai beliau berdiri di sisi sebuah
sumur, kemudian mulailah beliau memanggil nama-nama mereka dan nama-nama orang
tua mereka : ‘Wahai Fulan bin Fulan, wahai Fulan bin Fulan ! Apakah kamu suka
seandainya kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya ? Sesungguhnya kami telah
mendapati apa yang telah dijanjikan Rabb kami adalah benar, maka apakah kalian
mendapati apa yang dijanjikan Rabb kalian adalah benar ?’. Perawi berkata :
Maka ‘Umar radliyallaahu ‘anhu berkata : “Wahai Rasulullah, mengapa engkau
berbicara pada bangkai yang sudah tidak memiliki ruh ?”. Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab : ‘Demi (Allah) yang jiwa Muhammad
berada di tangan-Nya, tidaklah kamu lebih mendengar dari mereka atas apa yang
aku katakan’.
Berkata Qatadah :
“Allah menghidupkan mereka sehingga mereka mendengar perkataan beliau sebagai
satu penghinaan, peremehan, adzab, dan penyesalan” [Diriwayatkan oleh
Al-Bukhari no. 3976, Muslim no. 2875, Ahmad 4/29, dan Abu Ya’la no. 1431].
Berkata Qatadah :
“Allah menghidupkan mereka sehingga mereka mendengar perkataan beliau sebagai
satu penghinaan, peremehan, adzab, dan penyesalan” [Diriwayatkan oleh
Al-Bukhari no. 3976, Muslim no. 2875, Ahmad 4/29, dan Abu Ya’la no. 1431].
Waallohu A'lam
Semoga Bermanfaat
dan Semoga Alloh Menjaga Kita diatas Tauhid dan Sunnah
Diringkas dari :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar