Sunnah |
Apakah Mereka yang berpenampilan celana
cingkrang, wanita bercadar dan lelaki berjenggot dapat langsung divonis TERORIS
? ,Tidak
otomatis dari penampilan semata seseorang bisa dituduh teroris. Semoga
setiap muslim yang membaca artikel ini mendapatkan pencerahan dan mendapatkan
taufik dari Allah Ta’ala.
Mengenai Penutup Wajah (Cadar)
Perlu diketahui bahwasanya menutup wajah itu
memiliki dasar dari ajaran Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam terlepas
apakah menutup wajah merupakan suatu yang wajib ataukah mustahab (dianjurkan). Kita dapat melihat dalam
hadits Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berikut,
beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata
kepada para wanita, “Wanita yang berihrom itu tidak bolehmengenakan
niqob maupun kaos tangan.” (HR. Bukhari,
An Nasa’i, Al Baihaqi, Ahmad dari Ibnu Umar secara marfu’ –yaitu sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-).
Niqob adalah kain penutup wajah mulai dari hidung atau dari bawah lekuk mata ke
bawah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah ketika menafsirkan surat An Nur ayat 59 berkata, ”Ini menunjukkan bahwa cadar dan kaos tangan biasa dipakai oleh wanita-wanita yang tidak sedang berihrom. Hal itu menunjukkan bahwa mereka itu menutup wajah dan kedua tangan mereka.”
Sebagai bukti lainnya juga, dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Ummahatul Mukminin (Ibunda orang mukmin yaitu istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) biasa menutup wajah-wajah mereka. Di antara riwayat tersebut adalah : Dari Abdullah bin ‘Umar, beliau berkata, ”Tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperlihatkan Shofiyah kepada para shahabiyah, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Aisyah mengenakan cadar di kerumunan para wanita. Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui kalau itu adalah Aisyah dari cadarnya.” (HR. Ibnu Sa’ad)
Jadi, lihatlah bahwa para istri Nabi juga para
sahabat sudah terbiasa menggunakan penutup wajah. Mungkin kaum muslimin saat
ini saja yang merasa asing dan aneh dengan penampilan semacam itu.
Mengenai
Jenggot
Dari Anas bin Malik –pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-
mengatakan, ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bukanlah laki-laki yang berperawakan terlalu tinggi dan tidak juga pendek.
Kulitnya tidaklah putih sekali dan tidak juga coklat. Rambutnya tidak keriting
dan tidak lurus. Allah mengutus beliau sebagai Rasul di saat beliau berumur 40
tahun, lalu tinggal di Makkah selama 10 tahun. Kemudian tinggal di Madinah
selama 10 tahun pula, lalu wafat di penghujung tahun enam puluhan.Di
kepala serta jenggotnya hanya terdapat 20 helai rambut yang sudah putih.”
(Lihat Mukhtashor
Syama’il Muhammadiyyah, Muhammad Nashirudin Al Albani, hal. 13, Al
Maktabah Al Islamiyyah Aman-Yordan. Beliau katakan hadits ini shohih)
Lihatlah saudaraku, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat di atas dengan sangat jelas terlihat memiliki jenggot. Lalu pantaskah beliau dikatakan sebagai biang kerok berbagai bom terror ?! Semoga lidah dan lisankita tidak mengeluarkan perkataaan semacam ini.
Lihatlah saudaraku, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat di atas dengan sangat jelas terlihat memiliki jenggot. Lalu pantaskah beliau dikatakan sebagai biang kerok berbagai bom terror ?! Semoga lidah dan lisankita tidak mengeluarkan perkataaan semacam ini.
Mengenai Celana Di Atas Mata Kaki
Celana di atas mata kaki juga termasuk ajaran
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Hal ini dikhususkan bagi laki-laki, sedangkan
wanita diperintahkan untuk menutup telapak kakinya.
Dari Al Asy’ats bin Sulaim, ia berkata: Saya pernah mendengar bibi saya menceritakan dari pamannya yang berkata, “Ketika saya sedang berjalan di kota Al Madinah, tiba-tiba seorang laki-laki di belakangku berkata, ’Angkat kainmu, karena itu akan lebih bersih.’ Ternyata orang yang berbicara itu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku berkata, ”Sesungguhnya yang kukenakan ini tak lebih hanyalah burdah yang bergaris-garis hitam dan putih”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Apakah engkau tidak menjadikan aku sebagai teladan?” Aku melihat kain sarung beliau, ternyata ujung bawahnya di pertengahan kedua betisnya.” (Lihat Mukhtashor Syama’il Muhammadiyyah, hal. 69, Al Maktabah Al Islamiyyah Aman-Yordan. Beliau katakan hadits ini shohih)
Dari Al Asy’ats bin Sulaim, ia berkata: Saya pernah mendengar bibi saya menceritakan dari pamannya yang berkata, “Ketika saya sedang berjalan di kota Al Madinah, tiba-tiba seorang laki-laki di belakangku berkata, ’Angkat kainmu, karena itu akan lebih bersih.’ Ternyata orang yang berbicara itu adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku berkata, ”Sesungguhnya yang kukenakan ini tak lebih hanyalah burdah yang bergaris-garis hitam dan putih”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Apakah engkau tidak menjadikan aku sebagai teladan?” Aku melihat kain sarung beliau, ternyata ujung bawahnya di pertengahan kedua betisnya.” (Lihat Mukhtashor Syama’il Muhammadiyyah, hal. 69, Al Maktabah Al Islamiyyah Aman-Yordan. Beliau katakan hadits ini shohih)
Dari penjelasan yang dipaparkan di atas, kami
rasa sudah cukup jelas bahwa penampilan berjenggot, bercadar bagi muslimah dan
berpenampilan dengan celana di atas mata kaki adalah termasuk ajaran Nabi kita
Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam. Lalu pantaskah orang yang mengikuti ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dikatakan teroris ? Atau pantaskah pula
dikatakan kepada orang yang memakai cadar dengan panggilan ‘ninja’ atau istri
teroris; atau kepada orang yang celananya cingkrang (di atas mata kaki) dengan sebutan
‘celana kebanjiran’; atau orang yang berjenggot disebut ‘kambing’?
Padahal di sana, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpenampilan berjenggot
dan celananya di atas mata kaki. Begitu pula istri-istri beliau adalah
istri-istri yang menutup wajah mereka dengan cadar.
Perhatikanlah suadaraku, sesungguhnya karena
lisan seseorang bisa terjerumus dalam jurang kebinasaan. Hendaklah seseorang
berpikir dulu sebelum berbicara. Siapa tahu karena lisannya, dia akan dilempar
ke neraka. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya ada seorang hamba yang berbicara
dengan suatu perkataan yang tidak dipikirkan bahayanya terlebih dahulu,
sehingga membuatnya dilempar ke neraka dengan jarak yang lebih jauh dari pada
jarak antara timur dan barat.” (HR. Muslim no.7673)
Janganlah Mengolok-olok Orang yang Mengikuti
Ajaran Nabi
Tidak diragukan lagi bahwa mengolok-olok Allah,
Rasul-Nya, ayat-ayat-Nya dan syari’at-Nya termasuk dalam kekafiran sebagaimana
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ”Katakanlah:
"Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan
Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, karena
kamu telah kafir sesudah beriman.” (QS. At-Taubah [9] :
65-66).
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah, seorang ulama besar dan faqih di Saudi Arabia pernah ditanyakan, ”Apakah termasuk dalam dua ayat yang disebutkan sebelumnya (yaitu surat At Taubah ayat 65-66, pen) bagi orang-orang yang mengejek dan mengolok-olok orang yang memelihara jenggot dan yang komitmen dengan agama ini?”
Beliau rahimahullah menjawab, ”Mereka yang mengejek orang yang komitmen dengan agama Allah dan yang menunaikan perintah-Nya, jika mereka mengejek ajaran agama yang mereka laksanakan, maka ini termasuk mengolok-olok mereka dan mengolok-olok syari’at (ajaran) Islam.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah, seorang ulama besar dan faqih di Saudi Arabia pernah ditanyakan, ”Apakah termasuk dalam dua ayat yang disebutkan sebelumnya (yaitu surat At Taubah ayat 65-66, pen) bagi orang-orang yang mengejek dan mengolok-olok orang yang memelihara jenggot dan yang komitmen dengan agama ini?”
Beliau rahimahullah menjawab, ”Mereka yang mengejek orang yang komitmen dengan agama Allah dan yang menunaikan perintah-Nya, jika mereka mengejek ajaran agama yang mereka laksanakan, maka ini termasuk mengolok-olok mereka dan mengolok-olok syari’at (ajaran) Islam.
Dan mengolok-olok syari’at ini termasuk kekafiran. Adapun jika mereka mengolok-olok
orangnya secara langsung (tanpa melihat pada ajaran agama yang dilakukannya
baik itu pakaian atau jenggot), maka semacam ini tidaklah kafir. Karena
seseorang bisa saja mengolok-olok orang tersebut atau perbuatannya. Namun
setiap orang seharusnya berhati-hati, jangan sampai dia mengolok-olok para
ulama atau orang-orang yang komitmen dengan Kitabullah dan Sunnah (petunjuk)
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.” (Lihat Fatawal
Aqidah wa Arkanil Islam, Darul ‘Aqidah, hal. 120)
Kisah-Kisah Orang Yang Meremehkan Ajaran Nabi
Allah Ta’ala berfirman
(yang artinya), “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi
perintahnya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.”
(QS. An Nur [24] : 63)
Berikut kami akan membawakan dua kisah tentang orang yang meremehkan atau tidak mau mengindahkan ajaran Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam dan akibat yang mereka peroleh di dunia. Kisah pertama kami bawakan dari Sunan Ad Darimi pada Bab ‘Disegerakannya hukuman di dunia bagi orang yang meremehkan perkataan Nabi dan tidak mengagungkannya’.
Abdurrahman bin Harmalah mengatakan, ”Seorang laki-laki datang menemui Sa’id bin Al Musayyib untuk menitipkan sesuatu karena mau berangkat haji dan umroh. Lalu Sa’id mengatakan kepadanya, ”Janganlah pergi, hendaklah kamu shalat terlebih dahulu karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah keluar dari masjid setelah adzan kecuali orang munafik atau orang yang ada keperluan dan ingin kembali lagi ke masjid.”
Berikut kami akan membawakan dua kisah tentang orang yang meremehkan atau tidak mau mengindahkan ajaran Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam dan akibat yang mereka peroleh di dunia. Kisah pertama kami bawakan dari Sunan Ad Darimi pada Bab ‘Disegerakannya hukuman di dunia bagi orang yang meremehkan perkataan Nabi dan tidak mengagungkannya’.
Abdurrahman bin Harmalah mengatakan, ”Seorang laki-laki datang menemui Sa’id bin Al Musayyib untuk menitipkan sesuatu karena mau berangkat haji dan umroh. Lalu Sa’id mengatakan kepadanya, ”Janganlah pergi, hendaklah kamu shalat terlebih dahulu karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah keluar dari masjid setelah adzan kecuali orang munafik atau orang yang ada keperluan dan ingin kembali lagi ke masjid.”
Lalu orang ini mengatakan,”(Tetapi) teman-temanku sedang menunggu di Al Harroh.” Lalu dia keluar (dari masjid). Belum lagi Sa’id menyayangkan kepergiannya, tiba-tiba dikabarkan orang ini telah jatuh dari kendaraanya sehingga pahanya patah.” [Husain Salim Asad mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan]
Kisah kedua diriwayatkan oleh Muslim dalam
kitab shohihnya. Dari Ikrimah bin ‘Ammar, (beliau berkata) Iyas bin Salamah bin
Al Akwa’ telah berkata bahwa ayahnya mengatakan kepadanya (yaitu) ada seorang
laki-laki makan dengan tangan kirinya di dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lalu beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan,
”Makanlah dengan tangan kananmu.”
Lalu dia mengatakan, ”Aku tidak mampu.” Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ”Engkau
memang tidak akan mampu”. Tidak ada yang menghalanginya untuk
mentaati Nabi kecuali rasa sombong. Akhirnya, dia tidak bisa lagi mengangkat
tangan kanannya ke mulut. (HR. Muslim no. 5387)
Perlu kami tegaskan sekali lagi, tulisan ini
bukanlah dimaksudkan untuk mendukung aksi-aksi terror dan pengeboman. Bahkan
perlu diketahui bahwa kami termasuk yang menentang aksi-aksi semacam itu
sebagaimana yang pernah kami ungkapkan dalam beberapa tulisan kami yang lalu.
Juga bagi kaum muslimin yang memang belum bisa menunaikan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara sempurna seperti berpenampilan berjenggot dan celana di atas mata kaki, kami naseharkan agar jangan sampai mencela orang-orang yang ingin mengikuti ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kalau memang belum sanggup atau merasa berat, cukuplah lisan-lisan kalian diam dan tidak turut mencela. Karena penampilan seperti ini jelas-jelas adalah ajaran Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga tidak pantas dicemooh dan dicela. Adapun mengenai hukum jenggot dan celana di atas mata kaki, bukanlah di sini tempatnya. Kami memiliki pembahasan tersendiri mengenai hal ini.
Juga bagi kaum muslimin yang memang belum bisa menunaikan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara sempurna seperti berpenampilan berjenggot dan celana di atas mata kaki, kami naseharkan agar jangan sampai mencela orang-orang yang ingin mengikuti ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kalau memang belum sanggup atau merasa berat, cukuplah lisan-lisan kalian diam dan tidak turut mencela. Karena penampilan seperti ini jelas-jelas adalah ajaran Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga tidak pantas dicemooh dan dicela. Adapun mengenai hukum jenggot dan celana di atas mata kaki, bukanlah di sini tempatnya. Kami memiliki pembahasan tersendiri mengenai hal ini.
Semoga Allah memberi taufik dan hidayah bagi
setiap muslim yang membaca tulisan ini. Semoga kita menjadi orang-orang yang
selalu mengagungkan ajaran Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan
menjaga lisan dari perkataan yang sia-sia.Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush
sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa
sallam.
***
***
Oleh Ustadz Muhammad
Abduh Tausikal (Dengan Sedikit Perubahan Redaksi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar