“Wahai
saudaraku…..ilmu
tidak akan diperoleh keculai dengan enam perkara yang akan saya beritahukan
perinciannya: (1) kecerdasan, (2) semangat, (3) sungguh-sungguh, (4) berkecukupan,
(5) bersahabat (belajar) dengan ustadz, (6) membutuhkan waktu yang lama.”
1.
KECERDASAN
Kecerdasaan
yang ada pada diri manusia terkadang memang sudah sebagai perangai yang Alloh
berikan kepadanya. Sebagaimana kecerdasaan yang dikaruniaakan Alloh kepada Ibnu
Abbas radhiyallohu anhu. Terkadang kecerdasaan ada karena memang harus
diusahakn. Bagi orang sudah memiliki kecerdasaan maka tinggal menguatkannya,
namun apabila belum punya hendaknya ia melatih jiwanya untuk berusaha
mendapatkan kecerdasaan tersebut. Kecerdasaan adalah sebab diantara sebab-sebab
yang paling kuat membantu seseorang menggapai ilmu, memahami dan menghafalnya. Memilih-milih
permasalahn, men-jama’(menggabungkan)
dalil-dalil yang kelihatannya bertentangan dan yang selain dari hal itu.
2.
SEMANGAT
UNTUK MENDAPATKAN ILMU
Seseorang
apabila mengetahui nilai pentingnya sesuatu pasti ia akan berusaha dengan
semengat untuk mendapatkannya. Sedangkan ilmu adalah sesuatu yang paling
berharga yang dicari oleh setiap orang. Penuntut ilmu hendaknya memilki
semangat membaja untuk menghafal dan memahami ilmu, duduk bermajelis dengan
para ulama dan mengambil ilmu langsung dari mereka, memperbanyak
membaca,menggunakan umur dan waktunya semaksimal mungkin serta menjadi orang
yang paling pelit menyia-nyiakan waktunya.
Abu
Hurairah radhiyallohu anhu adalah salah satu contoh sahabat yang bersemangat
sekali dalam menuntut ilmu. Di kala saudara-saudara dari kalangan Muhajjirin
sibuk berdagang di pasar dan saudara-saudara dari kalangan Anshor sibuk
bekerja, Abu Hurairah telah kenyang dengan ilmu bersama Rasululloh shallallahu’alaihi wa sallam dan
hadir saat saudara-saudara mereka tidak hadir serta menghafal apa yang tidak
mereka hafal.
3.
BERSUNGGUH-SUNGGUH
Menjauhi
segala bentuk kemalasan dan kelemahan serta berjihad melawan hawa nafsu dan
setan itu senantiasa merintangi dan melemahkan semangat dalam menuntut ilmu. Diantara
sebab-sebab yang membantu seseorang untuk giat, tekun, bersungguh-sungguh
adalah membaca biografi kehidupan para ulama, bagaimana kesabaran dan ketahanan
mereka menanggung penderitaan serta kisah mereka dalam mengembara dari satu
negeri ke negeri lain dalam rangka mencari ilmu dan hadits.
Diriwayatkan
dari Fadhal bin Ziyad, dia berkata, “Ahmad bin Hambal rahimahulloh berkata, “Tidak seorangpun pada
zaman Ibnu Mubarak yang lebih gigih dalam menuntut ilmu selain dirinya. Dia
pergi ke Yaman, Mesir, Syam, Basrah dan Kuffah. Dia adalah termasuk orang yang
meriwayatkan ilmu dan pantas untuk itu. Dia belajar dari yang tua maupun yang
muda.
4.
MEMILIKI
BEKAL YANG CUKUP
Para
ulama zaman dahulu rela mengorbankan harta bendanya untuk melakukan perjalanan
dalam menuntut ilmu. Abu Hatim yang menjual bajunya untuk dapat menuntut ilmu,
Imam Malik bin Anas menjual kayu atap rumahnya untuk bias menuntut ilmu, bahkan
Al Hamadzan Al Atthar, seorang syaikh dari Hamadzan menjual seluruh warisannya
untuk biaya menuntut ilmu. Penuntut ilmu mencurahkan segala kemampuan baik
materi ataupun yang ia miliki hingga ia menggapai cita-citanya hingga ia
memumpuni dalam bidang keilmuaannya.
5.
MEMILIKI
GURU PEMBIMBING
Ilmu
itu diambil dari lisan para ulama. Seorang penuntut ilmu agar kokoh dalam
menuntut ilmu hendaknya ia membangunnya diatas dasar-dasar yang benar,
hendaknya ia bermajelis dengan para ulama, emngambil ilmu langsung dari para
ulama yang mereka berucap berdasarkan al qur’an dan Hadits yang shahih. Terlebih lagi
dengan hal itu kita bias mendapatkan faedah dari seseorang yang ‘alaim berupa adab, akhlaq
dan sikap wara’.
Perjalannan ulama dalam menuntut ilmu tak hanya dengan satu atau dua orang guru
saja. Bahkan ada yang sampai ribuan, seperti Al Hafidzh As Sam’ani yang belajar kepada
7000 Syaikh.
6.
MASA
YANG PANJANG
Seorang
penuntut ilmu jangan sampai menyangka bahwa menuntut ilmu itu cukup hanya
dengan sehari atau dua hari, stahun atau dua tahun. Karena sesungguhnya
menuntut ilmumembutuhkan kesabaran yang sangat lama.
Al
Qdhi bin Iyadh suatu ketika ditanya “Sampai kapan seseorang harus menuntut
ilmu?”,Beliau
menjawab: “sampai
ia meninggal dan ikut tertuang tempat tintanya ke liang kubur.”
Semoga
nasehat ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Semoga Alloh azza Wa Jalla
Memberikan kita Taufiq dan Hidayah kepada kita untuk mendapatkan ilmu yang
bermanfaat agar kita mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Alloh. Sebagaimana
Firman-Nya
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) @Ï% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿt ª!$# öNä3s9 ( #sÎ)ur @Ï% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ustadz Sirojuddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar