• Home
  • Kajian Rutin Bekasi
  • Tentang Saya

    Rabu, 27 Maret 2013

    Nasehat Imam Syafi'i Untuk Para Tholibul Ilmi'


    Wahai saudaraku..ilmu tidak akan diperoleh keculai dengan enam perkara yang akan saya beritahukan perinciannya: (1) kecerdasan, (2) semangat, (3) sungguh-sungguh, (4) berkecukupan, (5) bersahabat (belajar) dengan ustadz, (6) membutuhkan waktu yang lama.
    1.      KECERDASAN
    Kecerdasaan yang ada pada diri manusia terkadang memang sudah sebagai perangai yang Alloh berikan kepadanya. Sebagaimana kecerdasaan yang dikaruniaakan Alloh kepada Ibnu Abbas radhiyallohu anhu. Terkadang kecerdasaan ada karena memang harus diusahakn. Bagi orang sudah memiliki kecerdasaan maka tinggal menguatkannya, namun apabila belum punya hendaknya ia melatih jiwanya untuk berusaha mendapatkan kecerdasaan tersebut. Kecerdasaan adalah sebab diantara sebab-sebab yang paling kuat membantu seseorang menggapai ilmu, memahami dan menghafalnya. Memilih-milih permasalahn, men-jama(menggabungkan) dalil-dalil yang kelihatannya bertentangan dan yang selain dari hal itu.

    2.      SEMANGAT UNTUK MENDAPATKAN ILMU
    Seseorang apabila mengetahui nilai pentingnya sesuatu pasti ia akan berusaha dengan semengat untuk mendapatkannya. Sedangkan ilmu adalah sesuatu yang paling berharga yang dicari oleh setiap orang. Penuntut ilmu hendaknya memilki semangat membaja untuk menghafal dan memahami ilmu, duduk bermajelis dengan para ulama dan mengambil ilmu langsung dari mereka, memperbanyak membaca,menggunakan umur dan waktunya semaksimal mungkin serta menjadi orang yang paling pelit menyia-nyiakan waktunya.

    Abu Hurairah radhiyallohu anhu adalah salah satu contoh sahabat yang bersemangat sekali dalam menuntut ilmu. Di kala saudara-saudara dari kalangan Muhajjirin sibuk berdagang di pasar dan saudara-saudara dari kalangan Anshor sibuk bekerja, Abu Hurairah telah kenyang dengan ilmu bersama Rasululloh shallallahualaihi wa sallam dan hadir saat saudara-saudara mereka tidak hadir serta menghafal apa yang tidak mereka hafal.

    3.      BERSUNGGUH-SUNGGUH
    Menjauhi segala bentuk kemalasan dan kelemahan serta berjihad melawan hawa nafsu dan setan itu senantiasa merintangi dan melemahkan semangat dalam menuntut ilmu. Diantara sebab-sebab yang membantu seseorang untuk giat, tekun, bersungguh-sungguh adalah membaca biografi kehidupan para ulama, bagaimana kesabaran dan ketahanan mereka menanggung penderitaan serta kisah mereka dalam mengembara dari satu negeri ke negeri lain dalam rangka mencari ilmu dan hadits.

    Diriwayatkan dari Fadhal bin Ziyad, dia berkata, Ahmad bin Hambal rahimahulloh berkata, Tidak seorangpun pada zaman Ibnu Mubarak yang lebih gigih dalam menuntut ilmu selain dirinya. Dia pergi ke Yaman, Mesir, Syam, Basrah dan Kuffah. Dia adalah termasuk orang yang meriwayatkan ilmu dan pantas untuk itu. Dia belajar dari yang tua maupun yang muda.

    4.      MEMILIKI BEKAL YANG CUKUP
    Para ulama zaman dahulu rela mengorbankan harta bendanya untuk melakukan perjalanan dalam menuntut ilmu. Abu Hatim yang menjual bajunya untuk dapat menuntut ilmu, Imam Malik bin Anas menjual kayu atap rumahnya untuk bias menuntut ilmu, bahkan Al Hamadzan Al Atthar, seorang syaikh dari Hamadzan menjual seluruh warisannya untuk biaya menuntut ilmu. Penuntut ilmu mencurahkan segala kemampuan baik materi ataupun yang ia miliki hingga ia menggapai cita-citanya hingga ia memumpuni dalam bidang keilmuaannya.

    5.      MEMILIKI GURU PEMBIMBING
    Ilmu itu diambil dari lisan para ulama. Seorang penuntut ilmu agar kokoh dalam menuntut ilmu hendaknya ia membangunnya diatas dasar-dasar yang benar, hendaknya ia bermajelis dengan para ulama, emngambil ilmu langsung dari para ulama yang mereka berucap berdasarkan al quran dan Hadits yang shahih. Terlebih lagi dengan hal itu kita bias mendapatkan faedah dari seseorang yang alaim berupa adab, akhlaq dan sikap wara. Perjalannan ulama dalam menuntut ilmu tak hanya dengan satu atau dua orang guru saja. Bahkan ada yang sampai ribuan, seperti Al Hafidzh As Samani yang belajar kepada 7000 Syaikh.

    6.      MASA YANG PANJANG
    Seorang penuntut ilmu jangan sampai menyangka bahwa menuntut ilmu itu cukup hanya dengan sehari atau dua hari, stahun atau dua tahun. Karena sesungguhnya menuntut ilmumembutuhkan kesabaran yang sangat lama.

    Al Qdhi bin Iyadh suatu ketika ditanya Sampai kapan seseorang harus menuntut ilmu?,Beliau menjawab: sampai ia meninggal dan ikut tertuang tempat tintanya ke liang kubur.

    Semoga nasehat ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Semoga Alloh azza Wa Jalla Memberikan kita Taufiq dan Hidayah kepada kita untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat agar kita mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Alloh. Sebagaimana Firman-Nya

    $pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ
    11.  Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

    Ustadz Sirojuddin



    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar